Kebudayaan MINANGKABAU ! ~ Selamat malam para buat para pembaca. Kali ini saya akan menulis tentang Kebudayaan MINANGKABAU !, semoga bisa bermanfaat bagi para pembaca dan bisa dimanfaatkan dengan baik. Langsung saja nggak usah basa basi lagi.
Sebelum saya masuk ke materi saya akan menjelaskan apa saja yang akan di bahas di dalam postingan ini, agar lebih mudah dipahami dan dicerna oleh pembaca sekalian...
Ada 7 unsur yang akan saya bahas di dalam postingan kali ini ::
- Peralatan dan Perlengkapan Hidup
- Mata Pencaharian
- Sistem Kemasyarakatan
- Bahasa
- Kesenian
- Sistem Pengetahuan
- Agama
Kita mulai dari yang pertama dulu
Peralatan dan Perlengkapan Hidup
- Perlengkapan untuk Bertani
- Sabit : Digunakan untuk memotong padi
- Niru : Alat untuk mengeringkan padi
- Rangkiang : Tempat untuk menyimpan beras biasanya disebut "lumbung padi"
- Sibayau-bayau -> Bangunan berkaki 6 bergunan untuk menyimpan beras yang akan digunakan untuk memenuhi kehidupan keluarga.
- Sitinjau Lauik -> Bangunan berkaki 4 berguna sebagai tempat penyimpana beras yang akan digunakan untuk pesta, kegiatan sosial.
- Turong : Topi untuk bertani
- Perlengkapan untuk berburu ikan
- Jaring
- Panah
- Tombak
- Pisau Berburu
- Perlengkapan untuk Memasak
- Cetakan Kue Sapik
- Cetakan Kue Bolu
- Cetakan Kue Kambolayang
- Panutcut (Alat Penumbuk Makanan)
- Pengumpal Genang (Alat untuk menghaluskan bumbu)
- Benda benda pusaka
- Karih (sejenis KERIS)
- Pending Emas
- Sunting
- Lemari Bunian (Tempat Menyimpan Benda Pusaka)
- Ruduih (Sejenis GOLOK)
- Pakaian Adat
- Perempuan -> Baju KURUNG dengan tutup kepala yang berbeda beda sesuai dengan acaranya.
- Laki-lai -> Baju model Teluk Belangga yang berlengan pendek dan melebar pada ujungnya, celana panjang, kain songket yang dikenakan dari pinggang sampai lutut, dan selembar kain yang menyelempang pada bahu.
- Talapak -> Tempat menyimpan pakaian adat.
- Rumah Adat
- Rumah Gadang -> Rumah gadang yang dibangun sesuai keinginannya masing-masing, setiap rumah memiliki ukiran di dindingnya berupa tanaman-tanaman. Di depan halaman rumah mereka terdapat rangkiang untuk menyimpan padi.
Mata Pencaharian
Zaman dahulu masyarakat minangkabau melakukan "barter",
seperti kelapa, sayur-sayuran, dan buah-buahan. Mereka menggunakan
perahu/kuda untuk mengantar barang pada saat melakukan transaksi.
Kegiatan barter ini dilakukan hanya sebatas antar daerah saja. Sedangkan
pada zaman sekarang ini statistik masyarakat minang, sebagai Berikut ::
- 33 % berdagang
- 30 % bertani dan nelayan
- 37 % bekerja sebagai pegawai
- Hasil tambangnya berupa granit dan marmer
- Hasil pertaniannya berupa beras, buah-buahan, dan sayur-sayuran
- Kebanyakan penduduknya mengadu nasib/merantau ke Jakarta, Bandung, dan kota-kota besar lainnya untuk mendapatkan pekerjaan yang layak pada zaman era modern ini
Sistem Kemasyarakatan
Minangkabau mempunyai banyak
arti yang pertama kabar yang diinang-inangkan artinya adalah kabar yang
diidam-idamkan, ada juga pendapat lain yang mengatakan pertemuan dua
buah hulu sungai, bahkan ada yang bilang menang kerbau.
Sistem
kemasyarakatan masyarakat Minangkabau adalah matrilineal (garis
keturunan dari ibu). Terdapat aturan yang mengharuskan anak berumur 10
tahun tidak boleh tidur di rumah, mereka harus tidur di gurau/mushollah.
Merantau bagi masyarakat Minang
adalah sikap hidup yang sudah membudaya. Terdapat dua latar belakang
mengapa masyarakat Minang merantau adalah keinginannya untuk mendapatkan
kekayaan dan perselisihan yang mengakibatkan individu yang kalah akan
meninggalkan kampung halaman. Walaupun masyarakat Minang merantau sangat
jauh, mereka akan tetap mempertahankan kebudayaan kampung halamannya.
Dalam kehidupan masyarakat
Minang dikenal dengan tiga suku utama, yaitu Suku Bodi Caniago, Koto,
dan Piliang. Ketiga suku ini dibagi lagi menjadi 96 suku, sehingga
disebut sebagai penduduk Sumatera Barat dan merasakan seketurunan nenek
moyang. Hal inilah yang membuat masyarakat Minang yang homogen. Di dalam
masyarakat Minang terdapat seorang pemimpin yang disebut “datuk”,
diangkat/dipilih berdasarkan gari keturunan anak kemenakan dan
jabatannya seumur hidup.
Terdapat beberapa golongan
dalam masyarakat Minang, berupa pelapisan sosial secara vertikal dan
horizontal. Dalam pelapisan sosial secara vertikal terdiri atas golongan
raja-raja bangsawan (dengan gelar Bagindo, Sidi, Sutan Dan Marah),
serta rakyat biasa. Secara horizontal masyarakat Minang dibedakan atas
golongan Ninik Mamak yang mengatur urusan adat-istiadat, golongan cerdik
pandai (candiak candokio) tempat bertanya mengenai masalah umum dan
golongan Ulama yang mengatur masalah agama.
Pada masyarakat minang juga diajarkan bagaimana cara bersikap, yaitu ::
- Kato Mandaki : Bersikap ke Orang Tua
- Kato Mandata : Bersikap ke Orang yang Sebaya
- Kato Malereng : Bersikap ke Orang yang belum dikenal
- Kato Manurun : Bersikap ke orang yang lebih muda
Sistem perkawianan (Baralek Gadang)
merupakan hal yang selalu dipermasalahkan dalam hukum adat orang
Minang. Hal ini berhubungan dengan pelanggaran terhadap pembatasan yang
ada, yaitu ::
- Apabila seorang laki-laki menikahi wanita dari kelompok yang sama, maka pernikahan keduanya tidak mungkin dilakukan di desanya sendiri
- Apabila seorang wantia menikah dengan laki-laki dari luar, wanita tersebut akan diusir dan pihak laki-laki hanya dimusuhi oleh keluarganya saja
- Harta pusaka diberikan kepada wantia, sedangkan laki-laki hanya diberi gelar pusaka
- Pernikahan harus dilakukan di rumah mempelai wanita
BAHASA
Orang Minangkabau menggunakan satu
bahasa daerah yang sama, yaitu disebut bahasa Minang, sebuah bahasa yang
erat kaitaannya dengan Bahasa Melayu. Secara umum dialek bahasa minang
yang dikenal dengan dibagi menjadi empat, yaitu :
- Dialek Tanah datar
- Dialek agam
- Dialek pesisir
- Dialek 50 kato
Berikut ini beberapa kosakata minangkabau yang saya dapatkan ::
- Ete : Tante
- Ma'adang : Saudara yang paling besar
- Ma'ete : Saudara yang paling kecil
- Konco-konco : Kawan kawan
- Tarimo Kasih : Terima Kasih
- Bundo : Nenek
- Salame pagi : Selamat Pagi
- Salame siang : Selamat Siang
Kesenian
- Seni Tari
- Tari Indang
- Gelombang Persembahan
- Tari Payung
- Alang Guntinag Penghulu
- Tari Rantak
- Tari Piring
- Tari Alang Babega
- Tari Panen
- Tari Layang-layang
- Galuak
- Sauik Randai
- Seni Musik dan Lagu
- Alat Tiup
- Saluang
- Sarumai
- Salempong
- Bansi
- Alat Perkusi
- Perkusi Logam : Talempong, Canang, Momonang
- Perkusi Bambu : Alu Baganto, Katuak-katuak
- Perkusi Kulit : Tambua, Rabano, Tassa, Rapi, Gendang
- Perkusi Kayu : Tong-tong, Talempong Kayu
- Alat Petik
- Kecapi
- Genggong
- Alat Gesek
- Rebab Darek
- Rebab Pariaman
- Rebab Badoi
- Seni Drama
- Randai
- Suatu Opera Bernyanyi sambil bercerita dan melakukan beladiri
- Pemainnya berjumlah 20 orang
- Salah pameran laki-laki memakai baju perempuan sebagai lakon wainta sesuai dengan permintaan cerita
- Seni Sastra
- Pantun Biasa digunakan dalam upacara perkawinan
- Syair Biasa digunakan dalam upacara upacara adat
- Seni Beladiri
- Kumango Seni Beladiri yang memfokuskan pada gerakan
- Dabus Pencak Silat masyarakat minang
- Seni Lukis
- Menghias Tiang Motif Tumbuhan lebih dominan
- Melukis pada peralatan Rumah Tangga Motif Tumbuhan lebih dominan
- Upacara Adat
- Tulak Bala : Usaha manusia untuk menangkal segala bencana
- Marihimin : Permohonan agar diberi keselamatan
- Tatau : Membuka lahan pertanian atau ladang, mengusir roh halus
- Mangido ubat nieme : Memohon kesuburan tanaman padi
Tarian tarian yang sering digunakan dalam upacara resmi adalah ::
Menggambarkan tradisi syariat pada memacu kegotong-royongan yang melandasi kehidupan masyarakat Minang. Indang sendiri berarti alat penampi beras. Sebagian dari gerak tari ini berasal dari gerakan silat
Tari yang ditujukan untuk menyambut tamu kehormatan dan yang dihormati serta upcara adat. Pakaian yang dipakai penari laki-laki dominan berwarna hitam dan penari perempuan berwarna cerah
Tarian yang melukiskan hubungan percintaan sepasang muda-mudi yang diiringi dengan lagu Babendi-bendi
Tari ini merupakan tari tradisi yang biasa ditampilkan khusus pada upacara adat, contoh : upacara pengangkatan penghulu
Selain tarian diatas ada juga tarian pergaulan lainnya seperti ::
Sistem Pengetahuan
Budaya Minangkabau mendorong
masyarakatnya untuk mencintai pendidikan dan ilmu pengetahuan. Sehingga
sejak kecil, para pemuda Minangkabau telah dituntut untuk mencari ilmu.
Pandangan Minangkabau yang mengatakan bahwa "alam terkembang menjadi
guru", merupakan suatu kemauan yang mengajak masyarakat Minangkabau
untuk selalu menuntut ilmu. Pada masa kedatangan Islam, pemuda-pemuda
Minangkabau selain dituntut untuk mempelajari adat istiadat juga
ditekankan untuk mempelajari ilmu agama. Hal ini mendorong setiap kaum
keluarga, untuk mendirikan surau sebagai lembaga pendidikan para pemuda
kampung.
Setelah kedatangan imperium
Belanda, masyarakat Minangkabau mulai dikenalkan dengan sekolah-sekolah
umum yang mengajarkan ilmu sosial dan ilmu alam. Pada masa
Hindia-Belanda, kaum Minangkabau merupakan salah satu kelompok
masyarakat yang paling bersemangat dalam mengikuti pendidikan Barat.
Oleh karenanya, di Sumatera Barat banyak didirikan sekolah-sekolah baik
yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta.
Semangat pendidikan
masyarakat Minangkabau tidak terbatas di kampung halaman saja. Untuk
mengejar pendidikan tinggi, banyak diantara mereka yang pergi merantau.
Selain ke negeri Belanda, Jawa juga merupakan tujuan mereka untuk
bersekolah. Sekolah kedokteran STOVIA di Jakarta, merupakan salah satu
tempat yang banyak melahirkan dokter-dokter Minang. Data yang sangat
nyata menyebutkan, pada periode 1900 – 1914, ada sekitar 18% lulusan
STOVIA merupakan orang-orang Minang.
- Guna mengetahui cuaca masyarakat suku Minang menggunakan rasi bintang
- Guna mengatuhui kapan terjadi panen menggunakan lintang bumi
- Penggunaan angka dalam pertimbangan
AGAMA
Masyarakat Minang merupakan
penduduk yang 100% beragama Islam, mereka mempunyai dasar hidpu rukun
beragama. Orang Minang boleh dikatakan tidak mengenal unsur kepercayaan
lain selain apa yang diajarkan oleh Islam. Walaupun demikian, terkadang
muncul kepercayaan yang tidak diajarkan oleh Islam, misalnya percaya
pada hantu yang dapat mendatangkan bencana, pergi ke dukun untuk
mengusirnya. Banyak juga yang percaya tentang keberdaan orang dengan
kekuatan gaib tertentu, contoh kepercayaan tentang perempuan yang suka
menghisap darah bayi.
Sumber ::
- Buku Anjungan Sumatera Barat (TMII)